Selamat membaca dan Lemass membaca Cerita Dewasa Hot di tahun 2017.
Judul Cerita : Ngeseks Dengan Kak Miira Kakakku Yang Sungguh Kucintai
Sebelum Membaca Saya sarankan untuk menyiapkan Tisue yang banyak.
Dan kalau kalian suka membaca disini tolong dong di beritahu kepada teman atau kerabat yang sesama lendir maniak juga.
Baca Cersex Ngeseks Dengan Kak Miira Kakakku Yang Sungguh Kucintai Bergambar Hot Paling Baru
Ceritaku, yang menurutku tidak hanya dilatari nafsu semata, tapi oleh rasa kasih yang menurutku aneh. Semuanya bermula sejak aku dikirim ke Medan untuk menemani pamanku yang tinggal sendirian ditinggal meninggal oleh istrinya. Memang sejak kecil, aku sudah sering berpindah tempat. Sekolah Dasar, aku lewati di Bandung, SMP, aku lalui di Balikpapan, dan SMA di Medan. Aku tidak tahu alasan orangtuaku yang memperlakukanku begitu. Aku punya asumsi mereka kurang menerima kehadiranku, aku benci mereka semua. Tapi tidak dengan kakakku Mira (Mira kakakku yang nomor 2, dan kakak satu-satunya, aku punya satu adik perempuan, dan dua saudara laki-laki). Aku sangat menyayangi Kak Mira, karena dia sangat pengertian, mau menghibur hatiku yang sering kalau rinduku sangat menggebu, karena kami sangat jarang bertemu. Sewaktu aku dikirim ke Medan, dia melanjutkan kuliah ke London. Kami kembali bertemu di Jakarta sewaktu aku tamat SMA, dan dia kembali dari London untuk persiapan pernikahannya.
Tiga bulan kami banyak bersama, tapi dasar Kak
Mira yang sangat pengertian, dia malah bukan mengurusi pernikahannya, eh
malah mengurusi aku. Kami banyak bersama, aku sangat menyanginya.
Saking sayangnya dia pernah menciumku, tapi tanpa sadar aku membalasnya
dengan mencium bibirnya, dia memelukku dengan hangat. Tapi aneh
kurasakan, dia tidak menolaknya, malah mulai memainkan lidahnya di
mulutnya. Hmmm, sungguh indah saat itu. Tanpa sadar aku mulai meremas
payudaranya yang besar menantang.
Dia mulai menjerit lirih. Dari bibir,
ciumanku turun ke lehernya, lama aku bermain di sana. Kak Mira menekan
kepalaku seolah menuntunku untuk menciumi dadanya. Aku mulai nekat,
membuka bra-nya dan muncullah pemandangan yang sangat indah. Mula-mula
kuciumi ketiaknya, sementara tangan kiriku meremas bukit tanpa pelapis
itu. Ciumanku berpindah ke payudaranya. Kucium perlahan pangkalnya, dia
nyeletuk, “Ah.. Andre, nikmat sekali…” lalu kuciumi putingnya yang merah
merekah. Ah, nikmat sekali waktu itu. Kami melakukannya hampir satu
jam, sampai kami sama-sama sadar. Kejadian itu terhenti begitu saja
setelah tiga bulan menikah. Kami kembali melakukannya. Saat itu kutahu
Kak Mira kurang bahagia, karena setelah bulan madunya yang 2 minggu,
suaminya harus kembali ke Pekanbaru. Tinggallah kakakku sendirian.
Suatu
malam, aku menemaninya menonton Selasa Drama di SCTV. Saat itu kembali
dia memelukku, kami saling berciuman mesra sekali. Malu-malu aku mulai
membuka pakaiannya. Dia membiarkan saja, bahkan mulai mengusap permukaan
resleting celana panjangku dengan sangat bernafsu. Aku makin gemas dan
bernafsu melihat tingkahnya, pakaiannya kupreteli sampai lembar
terakhir. Tanganku meraih pinggulnya yang seksi dan kudekatkan ke
arahku. Mukaku persis di depan selangkangannya sehingga aku dapat
melihat gundukan bukit kemaluannya tepat didepan mata. Aku semakin tak
sabar, aku memandang ke atas dan Kak Mira menatapku sambil tetap
tersenyum. Wajahnya tampak memerah menahan malu.
Tanpa aba-aba dariku
Kak Mira menganggukan kepalanya perlahan, seolah mempersilakanku
memmainkan kemaluannya. Dengan gemetar jemari kedua tanganku kembali
merayap ke atas menelusuri dari kedua betisnya yang mulus terus ke atas
sampai kedua belah pahanya yang putih mulus tanpa cacat sedikitpun.
Halus sekali kulit pahanya dan begitu seksi dan padat. Aku mengusap
perlahan dan mulai meremas. “Oooh…” Kak Mira merintih kecil, kemudian
jemari kedua tanganku merayap ke belakang, kebelahan bokongnya yang
bulat. Aku meremas gemas di situ. Aahh… begitu halus, kenyal dan padat.
Tiba giliran lagi aku berhadapan dengan lubang kemaluannya.
Sejenak
aku berhenti, menikmati pemandangan itu. Bau alat kelaminnya langsung
menyergap hidungku. Mmmm… harum. Kini terpampanglah sudah daerah
“forbidden” itu, menggembung membentuk seperti sebuah gundukan bukit
kecil mulai dari bawah pusarnya sampai ke bawah di antara kedua belah
pangkal pahanya yang seksi. Sementara di bagian tengah gundukan bukit
kemaluannya terbelah membentuk sebuah bibir tebal yang mengarah ke bawah
dan masih tertutup rapat menutupi celah liang kemaluannya.
Dan di
sekitar situ aku mengagumui bulu-bulunya yang seperti kawanan domba di
bukit. Aku hanya bisa melongo menyaksikan keindahan bukit kemaluannya
dan tanpa terasa kedua tanganku sampai gemetar menyaksikan pemandangan
yang baru pertama kalinya ini. “Oohh.. Kak Mira… indahnya…” Hanya
kalimat itu yang sanggup kuucapkan saat itu. Selanjutnya aku masih
melongo menikmati keindahan surga dunia milik Kakakku, Mira.
Bau yang
keluar dari alat kelamin miliknya membuat hidungku jadi kembang kempis
menikmati aroma aneh namun terasa menyenangkan buatku. Aku mulai
menciumi pahanya yang mulus, sementara tanganku sibuk mengusap-usap
pahanya yang lain. Tangannya meremas rambutku sambil berteriak
kenikmatan. Ciumanku mulai naik ke selangkangannya. Kak Mira tidak
sabaran, dia menuntun kepalaku ke arah kemaluannya, aku hanya menuruti.
Kuciumi kemaluannya, remasannya mulai keras, apalagi saat lidahku
bermain di klitorisnya. Aku tak puas juga, aku mengisapnya sekuatnya,
mungkin ciuman di lubang kemaluannya itu berlangsung lebih dari 15
menit.
Kembali aku memandang ke wajahnya, walaupun
wajahnya sedikit memerah karena malu. Ia berusaha untuk tetap tersenyum.
Dadanya terlihat sangat menonjol. Alamak! Buah dadanya itu ternyata
memang berbentuk bulat, ukurannya 34B, warnanya putih bersih, putingnya
tampak berwarna merah muda kecoklatan. Aaah… cantiknya kakakku ini
apalagi kalau sedang telanjang bulat seperti ini, “Kak…” bisikku lirih.
Batang kemaluanku semakin berdenyut tak karuan. Lalu Kak Mira
mengulurkan kedua tangannya kepadaku mengajakku berdiri lagi.
Kini
rasanya kami seperti Adam dan Hawa saja. Bertelanjang bulat satu sama
lain seperti kaum nudis saja. “Aku tahu, kamu tidak pernah bahagia, aku
ingin membahagianmu, dengan cara apapun itu.. kini nikmatilah!” bisiknya
mesra. Aku merangkul tubuhnya yang telanjang merasa terharu. Badanku
seperti kesetrum saat kulitku menyentuh kulit halusnya yang hangat dan
mulus apalagi ketika kedua payudaranya yang bulat menekan lembut dadaku
yang bidang. Aaah, aku merintih nikmat. Jemari tanganku tergetar saat
mengusap punggungnya yang telanjang. Begitu halus dan mulus, aku tak
sanggup menahan gejolak nafsuku. Aku tak tahan lagi, aku menyetubuhinya.
“Aahh… Kak, kita lakukan di kamar yuk!” bisikku tanpa malu-malu lagi.
Kak Mira tersenyum dalam pelukanku. “Terserah mau melakukannya dimana,”
sahutnya mesra.
Dengan penuh nafsu, aku segera
meraih tubuhnya dan kugendong ke dalam kamar. Saat itu aku sempat
melirik jam dinding ruangan, sudah hampir pukul 12:00. Kurebahkan
tubuhnya yang telanjang bulat itu di atas kasur busa di dalam kamar
tengah. Suasana dalam kamar kelihatan sangat romantis (maklum kamar
pengantin baru). Jantungku berdegup kencang saat kunaiki ranjang dimana
tubuh Kak Mira yang telanjang berada. Ia memandangku tetap dengan
senyumnya yang manis. Aku merayap ke atas tubuhnya yang bugil dan
menindihnya.
Aku tak sabar ingin segera memasuki tubuhnya. Aku merasakan
kehangatan saat kulitku bersentuhan dengan kulitnya yang halus mulus.
Buah dadanya kelihatan sangat kencang dan bundar dengan puting-putingnya
yang kemerahan sangat menawan hatiku, namun kutahan sementara
keinginanku untuk menjamah buah terlarangnya itu. “Ah…” ia hanya
melenguh pasrah saat aku setengah menindih tubuhnya dan batang
kemaluanku yang tegang itu mulai menusuk celah bukit kemaluannya,
mencari liang kemaluannya. Kurasakan bukit kemaluannya terasa lunak dan
hangat. Aahh… tanganku tergetar saat kubimbing alat vitalku mengelus
bukit kemaluannya yang empuk lalu menelusup di antara kedua bibir
kemaluannya.
“Pelan-pelan Ndree…” bisiknya pasrah.
Lalu dengan jemari tangan kananku kuarahkan kepala kemaluanku yang sudah
tak sabar ingin segera masuk. Kak Mira memeluk pinggangku mesra,
sementara kulihat ia memejamkan kedua matanya seolah menungguku yang
akan segera memasuki tubuhnya. Aku mencari liang kemaluannya di antara
belahan bukit kemaluannya yang lunak. Aku tak dapat melihat celah
kemaluannya karena posisi tubuhku yang memang tak memungkinkan untuk itu
namun aku berusaha untuk mencari sendiri.
Kucoba untuk menelusup celah
bibir kemaluannya bagian atas namun setelah kutekan ternyata jalan
buntu. “Agak ke bawah… aahh kurang ke bawah lagi, mmm… yah tekan di situ
Ndre… aaawwww pelan-pelan… sakiit…” Kak Mira memekik kecil dan
menggeliat kesakitan, namun segera kupegang pinggulnya agar jangan
bergerak.
Akhirnya aku berhasil menemukan celah
kemaluannya itu setelah kakakku itu menuntunku. Aku pun mulai menekan ke
bawah, “Hhgkghh…” kepala kemaluanku kupaksa untuk menelusup ke dalam
liang kemaluannya yang sempit. Terasa hangat dan sedikit basah. Kukecup
bibirnya sekilas, lalu aku berkonsentrasi kembali untuk segera dapat
membenamkan batang kemaluanku sepanjang 16 cm itu seluruhnya ke dalam
liang kemaluannya. Kak Mira mulai merintih dan memekik-mekik kecil
ketika kepala kemaluanku yang besar mulai berhasil menerobos liang
kemaluannya yang sangat-sangat sempit sekali.
“Tahan Kak… Kak masukkan
lagi! Hhgghh… ahhh sempit sekali Sayang aahhh…” erangku mulai merasakan
kenikmatan dan “Sssrrtt,” kurasakan kepala batang kemaluanku berhasil
masuk dan terjepit ketat sekali dalam liang kemaluannya. “Aaawww…”
teriak Kak Mira memelas, tubuhnya menggeliat kesakitan. Aku berusaha
menentramkannya sambil kukecup mesra bibir mungil yang basah merekah dan
kulumat dengan perlahan. “Mmmm… cuupp… cuupppp.” Lalu… “Hhhgghh.. tahan
sayang! kutekan lagi yaah…” bisikku di antara rasa pedih dan nikmat
karena jepitan liang kemaluannya itu begitu ketat seolah-olah kepala
batang kemaluanku diremas oleh sebuah daging yang sangat kuat
cengkeramannya, walaupun terasa hangat dan lunak. Mmmm… nikmatnya saat
batang kemaluanku menggesek celah kemaluannya.
“Hhhh… liang kemaluan Kakak masih sangat sempit.”
“Kemaluanku sakit… ” erang Kak Mira lirih.
“Yahh… kita tahan dulu, mungkin pemanasannya kurang lama…” bisiknya bernafsu.
Segera
kurebahkan badanku di atas tubuhnya dan memeluknya dengan kasih sayang.
“Aahhh…” aku menggelinjang nikmat merasakan kehangatan dan kehalusan
kulitnya.
Apalagi saat dadaku menekan kedua buah payudaranya yang montok
rasanya begitu kenyal dan hangat. Puting-puting susunya terasa sedikit
keras dan lancip. Mmm… mmm… kemudian kurasakan pula perut kami
bersentuhan lembut dan yang paling merangsang adalah saat batang
kemaluanku yang kucabut tadi kini menekan nikmat bukit kemaluannya yang
empuk. Ingin rasanya aku mencoba untuk memasuki liang kemaluannya lagi
dan mengeluarkan air maniku sebanyak-banyaknya di dalam situ, tapi aahh…
aku tak ingin hanya diriku saja yang merasakan kenikmatan.
Aku ingin
mencumbunya ini dulu, mengulum bibirnya, meremas dan mengenyot-enyot
kedua buah payudaranya, dan terakhir akan kucumbu seluruh tubuhnya dari
atas sampai ke kaki, kukecup dan kucumbu alat kelaminnya, kujilati bibir
kemaluan dan klitorisnya sampai Kak Mira merasakan kenikmatan seks
sesungguhnya dan orgasme sepuasnya. Ia memandangku dari jarak yang
kurang dari 10 senti dan tertawa renyah, “Mmmm… Kakak bahagia sekali
bersamamu seperti ini…” Belum sempat ia selesai ngomong, aku sudah
melumat bibirnya yang nakal itu. Kak Mira membalas ciumanku dan melumat
bibirku dengan mesra. Kujulurkan lidahku ke dalam mulutnya dan Kak Mira
langsung mengulumnya hangat, begitu sebaliknya. Semua terasa indah.
Kurayapkan jemari tangan kiriku ke bawah menelusuri sambil mengusap
tubuhnya mulai pundak terus ke bawah sampai ke pinggulnya yang hangat
padat dan kuremas gemas.
Ketika tanganku bergerak
ke belakang ke bulatan bokongnya yang bulat merangsang, bersamaan dengan
itu aku mulai menggoyangkan seluruh badanku menggesek tubuh Kak Mira
yang bugil terutama pada bagian selangkangan dimana batang kemaluanku
yang sedang tegang-tegangnya menekan gundukan bukit kecil milik Kak Mira
yang empuk. Kugerakkan pinggulku secara memutar sambil kugesek-gesekkan
batang kemaluanku di permukaan bibir kemaluannya yang empuk sambil
sesekali kutekan-tekan nikmat.
Kak Mira ikut-ikutan menggelinjang
kegelian, namun ia sama sekali tak menolak walaupun beberapa kali kepala
batang kemaluanku yang tegang salah sasaran memasuki belahan bibir
kemaluan, seolah akan menembus liang kemaluannya lagi. Ia hanya merintih
kesakitan dan memekik kecil kalau aku salah menekan. “Aawww… saakiit…”
erangnya membuatku makin terangsang saja. “Aahhh… ssshhh…” aku melenguh
keenakan. Setan-setan burik di belakangku semakin gila berjoget dangdut,
seolah bernyanyi “Hangat terasa, terlena…”. Beberapa menit kemudian
setelah kami puas bercumbu, bibirku menggeser tubuhku ke bawah sampai
mukaku tepat berada di atas kedua bulatan payudara yang bundar bak buah
apel. Kini ganti perutku yang menekan bukit kemaluannya yang empuk itu.
Woow… enakk.
Jemari kedua tanganku secara bersamaan
mulai menggerayangi “Gunung Fuji” miliknya itu, seolah hendak mencakar
kedua payudaranya. Kelima jemari masing-masing tanganku kurenggangkan
satu sama lain dan membentuk seperti cakar burung dan aku mulai
menggesekkan ujung-ujung jemariku mulai dari bawah payudaranya di atas
perut terus menuju gumpalan kedua buah dadanya yang kenyal dan montok.
Kak Mira merintih dan menggelinjang antara geli dan nikmat. “Mm.. mmm…
iih geli…” erangnya lirih.Beberapa saat kupermainkan kedua puting-puting
susunya yang kemerahan dengan ujung jemariku.
Kak Mira menggelinjang
lagi. Kupuntir sedikit putingnya dengan lembut. “Mmmm…” Kak Mira semakin
mendesah tak karuan. Aku tak tahan, secara bersamaan akhirnya
kuremas-remas gemas kedua buah dadanya dengan sepenuh nafsu. “Aawww…
nnggg…” dia mengerang dan kedua tangannya memegangi kain sprei dengan
kuat. Aku semakin menggila, tak puas kuremas lalu mulutku mulai
menjilati kedua buah dadanya secara bergantian. Lidahku kujulur-julurkan
menjilati seluruh permukaan susunya itu sampai basah, mulai dari
payudara yang kiri lalu berpindah ke payudaranya yang kanan.
Kugigit-gigit puting-puting susunya secara bergantian sambil
kuremas-remas dengan gemas sampai dia berteriak-teriak kesakitan.
“Sshhh… shhh… oohhh… oouwww… Ndre…” erangnya. Lima menit kemudian
lidahku bukan saja menjilati, kini mulutku mulai beraksi menghisap kedua
puting-puting susunya sekuat-kuatnya.
Aku tak
peduli Kak Mira menjerit dan menggeliat kesana kemari. Sesekali kedua
jemari tangannya memegang dan mengeremasi rambut kepalaku yang bergerak
liar. Sementara kedua tanganku tetap mencengkeram dan meremasi kedua
buah dadanya bergantian sambil kuhisap-hisap dengan penuh rasa nikmat.
Bibir dan lidahku dengan sangat rakus mengecup, mengulum dan menghisap
kedua payudaranya yang kenyal dan padat. Di dalam mulut puting susunya
kupilin-pilin dengan lidahku sambil terus menghisap sampai pipiku terasa
kempot, aku mengkhayal meminum air susunya.
Dia hanya bisa mendesis,
mengerang, dan beberapa kali memekik kuat ketika gigiku menggigiti
putingnya dengan gemas, hingga tak heran kalau di beberapa tempat di
kedua bulatan susu-susunya itu tampak berwarna kemerahan bekas hisapan
dan garis-garis kecil bekas gigitanku.
Mmm, ini
benar-benar nikmat. Cukup lama sekali aku menetek susunya, mungkin
sekitar 15 menit, sampai setelah cukup puas bibir dan lidahku kini
merayap menurun ke bawah. Kutinggalkan kedua belah payudaranya yang
basah dan penuh dengan lukisan bekas gigitanku dan juga cupangan
berwarna merah bekas hisapanku, sangat kontras sekali dengan warna
kulitnya yang putih. Ketika lidahku bermain di atas pusarnya, dia mulai
mengerang-erang kecil keenakan. Bau tubuhnya yang harum bercampur dengan
keringatnya yang khas menambah nafsu seks-ku semakin memuncak. Kukecup
dan kubasahi seluruh perutnya yang kecil sampai basah. Ketika aku
bergeser ke bawah lagi dengan cepat lidah dan bibirku yang tak pernah
lepas dari kulit tubuhnya itu telah berada di atas gundukan bukit
kemaluannya yang indah mempesona. Aku mulai mencumbu alat kelaminnya
itu.
“Oooh…” Kak Mira hanya merintih lirih, kelihatannya dia sudah lemas
kupermainkan sejak tadi, tapi aku tahu dia belum orgasme walaupun sudah
sangat terangsang semenjak kuhisap kedua buah susunya. Sekarang ini aku
ingin merasakan kelezatan cairan kewanitaan dari liang kemaluannya,
sebab pernah sahabatku bilang terus terang kepadaku kalau ia sangat
ketagihan untuk selalu meminum cairan lendir pacarnya ketika mereka
sedang melakukan oral seks, katanya rasanya aneh tapi membuat dirinya
bergairah.
Aku membetulkan posisiku di atas
selangkangan kakakku. Kak Mira membuka kedua belah pahanya lebar-lebar,
ia sudah sangat terangsang sekali. Kini wajahnya yang manis kelihatan
kusut dan rambutnya tampak awut-awutan. Kedua matanya tetap terpejam
rapat namum bibirnya kelihatan basah merekah indah sekali. Kedua
tangannya juga masih tetap memegangi kain sprei, kelihatannya dia tegang
sekali. “I… m.. Ndree… e.. enaak…” katanya. Aku tersenyum senang,
sebentar lagi kau akan merasakan kenikmatan yang luar biasa sayang,
bisikku dalam hati. Aku akan menyetubuhimu sepuasnya. Kupandangi
beberapa saat keindahan bentuk alat kelaminnya itu, baru pertama kali
ini aku menyaksikan alat kelamin cewek.
Ternyata di samping baunya
sangat khas dan merangsang hidungku, keringat yang membasahi di sekitar
selangkangannya pun berbau harum dan khas. Labia mayoranya kelihatan
gemuk dan padat berwarna putih sedikit kecoklatan, sedangkan celah
sempit yang berada di antara kedua labia mayoranya itu tertutup rapat
sehingga aku tidak bisa melihat lubang kemaluannya sama sekali. Betapa
nikmatnya nanti saat celah kemaluan dan liang kemaluannya menjepit
batang kemaluanku, akan kutumpahkan sebanyak-banyaknya nanti air maniku
ke dalam liangnya sebagai tanda hilangnya keperjakaanku. Aku juga ingin
nantinya dia bisa merasakan semprotan air maniku yang hangat dan banyak
agar ia dapat pula merasakan kenikmatan yang sedang kurasakan. Cukup
lama aku melamun sambil memandangi keindahan alat kelaminnya sembari
menikmati aroma khas yang keluar dari celah kemaluannya yang rapat.
Tiba-tiba
Kak Mira berbisik lirih menyadarkanku, “Ngapain sih… kok ngelamun… bau
yaa Ndre..” tanyanya sambil tersenyum manis. Wajahnya walaupun sedikit
kusut berkeringat tapi tetap manis sekali. Habis berkata begitu tangan
Kak Mira bergerak memegang kepalaku dan mengucek-ucek rambut kepalaku.
Aku tertawa geli. Selanjutnya tanpa kuduga kedua tangannya itu menekan
kepalaku ke bawah, sontak mukaku terutama hidung dan bibirku langsung
nyosor menekan bukit kemaluannya, “Mmff mffphh…” hidungku menyelip di
antara kedua bibir kemaluannya, empuk dan hangat. Kuhirup sepuas-puasnya
bau alat kelaminnya penuh perasaan, sementara bibirku mengecup bagian
bawah labia mayoranya dengan bernafsu.
Aku mulai mencumbui bibir
kemaluannya yang tebal itu secara bergantian seperti kalau aku mencium
bibir Kak Mira. Puas mengecup dan mengulum bibirnya bagian atas aku
berpindah untuk mengecup dan mengulum bibir kemaluannya bagian bawah.
Rasanya… “Mmm.. yummi…” ada sedikit manis dan asin. “Mmm… mmm…”
bercampur bau kemaluannya yang memabukkan.
Pokoknya
dari Sabang sampai Merauke dah! tidak bisa di ungkapkan. Tidak heran
karena ulahku Kak Mira sampai memekik-mekik nikmat tak karuan, tubuhnya
menggeliat hebat dan terkadang meregang kencang.
Beberapa kali kedua
pahanya sampai menjepit kepalaku yang sedang asyik masyuk bercumbu
dengan bibir kemaluannya. Kupegangi kedua belah bokongnya yang sudah
berkeringat agar tidak bergerak terlalu banyak, bagaimanapun juga aku
tak rela melepaskan pagutan bibirku pada labia mayoranya yang
merangsang. Salah sendiri, pikirku, siapa dulu yang mulai. “Mmmm..
Ndree… aauuwww… auuuwww… aawww.. hgghhkhh… aduuh… e.. naaak…. aaahh
aduuhhh… oouuuhh…” Kak Mira mengerang-erang dan tak jarang memekik cukup
kuat saking nikmatnya. Kedua tangannya bergerak mengeremasi rambut
kepalaku sampai kacau, sambil menggoyang-goyangkan pinggulnya yang
seksi.
Kadang pantatnya dinaikkannya sambil mengejan nikmat atau kadang
digoyangkan memutar seirama dengan jilatan lidahku pada seluruh
permukaan alat kelaminnya yang montok itu.
“Oouhhh…
yaahh… yaha… huhuhu.. huhu…” Kak Mira berteriak makin keras, dan
terkadang seperti orang menangis mungkin saking tak kuatnya menahan
kenikmatan yang kuciptakan pada alat kelaminnya. Tubuhnya menggeliat
hebat dan kulihat sambil mulutku tetap memagut bibir kemaluannya.
Kepala
kakakku, Kak Mira dipalingkan ke kiri dan ke kanan dengan cepat.
Mulutnya mendesis dan mengerang tak karuan. Aku semakin bersemangat
melihat tingkahnya, sebentar lagi dia pasti orgasme. Kini mulutku
semakin buas. Dengan nafas setengah memburu kusibakkan bibir kemaluannya
yang menawan dengan jemari tangan kananku. Mmm, hangat dan empuk. Kini
kulihat daging berwarna merah muda yang basah oleh air liurku bercampur
dengan cairan lendir kewanitaannya, agak sebelah bawah dagingnya itu
barulah aku dapat melihat celah liang kemaluannya yang amat sangat kecil
dan berwarna kemerahan pula.
Aku mencoba untuk membuka bibir
kemaluannya agak lebar agar aku dapat mengintip ke dalam liang kemaluan
bagaimana bentuk selaput daranya. Namun Kak Mira tiba-tiba memekik
kecil, ternyata aku terlalu lebar menyibakkan bibir kemaluannya itu
sehingga ia mengerang kesakitan. “Aawww… iiih.. Ndre…” pekiknya
kesakitan. Aku jadi terkejut dan menyesal. “Yaaa…” bisikku kuwatir.
Kuusap dengan lembut penuh kemesraan bibir kemaluannya agar sakitnya
hilang. Sebentar kemudian lalu kusibakkan kembali pelan-pelan bibir
nakalnya itu, celah merahnya kembali terlihat, agak ke atas dari liang
kemaluannya yang sempit itu. Aku melihat ada tonjolan daging kecil
sebesar kacang hijau yang juga berwarna kemerahan, inilah klitorisnya
bagian paling sensitif dari alat kelamin wanita.
Mmm,
ini dia biang kenikmatan bagi cewek, pikirku. Lalu secepat kilat dengan
rakus lidahku kujulurkan sekuatnya keluar dan mulai menyentil-nyentil
daging klitorisnya. Benar saja karena tiba-tiba Kak Mira memekik sangat
keras sambil menyentak-nyentakkan kedua kakinya ke bawah. Kak Mira
mengejan hebat, aku sampai kaget dibuatnya karena pinggulnya bergerak
liar dan kaku, jilatanku pada klitorisnya jadi luput. Dengan gemas aku
memegang kuat-kuat kedua belah pahanya yang putih mulus lalu kembali
kutempelkan bibir dan hidungku di atas celah kedua bibir kemaluannya.
Kujulurkan lidahku keluar sepanjang mungkin lalu kutelusupkan lidahku
menembus jepitan bibir kemaluannya dan kembali menyentil nikmat
klitorisnya dan… “Hgghggh… hghgh… ssshh…” Dia memekik tertahan dan
mendesis panjang. Tubuhnya kembali mengejan sambil menghentak-hentakkan
kedua kakinya yang kecil. Pantatnya diangkat ke atas sehingga memberi
keuntungan bagiku untuk lebih dalam memasuki celah labia mayoranya
menyentil-nyentil klitorisnya. Begitu singkat karena tak sampai satu
menit tiba-tiba kurasakan Kak Mira amat tegang dan kurasakan di dalam
mulutku terasa ada semburan lemah dari dalam liang kemaluannya berupa
cairan hangat agak kental banyak sekali. Aku menyentil klitorisnya
beberapa saat sampai kurasakan tubuh Kak Mira mulai terkulai lemah dan
akhirnya pantatnya pun jatuh kembali ke kasur.
Dia melenguh panjang
pendek meresapi kenikmatan yang baru ia rasakan, kenikmatan sorga dunia
miliknya.
Sementara aku masih menyedot sisa-sisa
lendir yang keluar hasil orgasmenya yang terasa asin manis dari celah
kemaluannya yang kini tampak agak memerah. Seluruh selangkangannya itu
tampak basah penuh air liur bercampur lendir yang kental. Mmm, aku
menjilati seluruh permukaan bukit kemaluannya sampai agak kering. Cairan
lendirnya itu membuatku makin bergairah. Perasaanku benar-benar fresh
setelah menghirup dan menelan cairan lendir kemaluannya. Aku tak tahu
apa memang cairannya itu mengandung vitamin atau obat perangsang?
Masa
bodoh, yang jelas kini nafsu seks-ku telah memuncak, aku akan melakukan
tugasku sebagai seorang laki-laki. “Sekarang giliranku,” ucapku. Aku
belum sempat bergerak, Kak Mira terlebih dahulu meraih batang
kemaluanku, dia mengusapnya sambil berkata, “Ndree, ini gede sekali..
pantas tadi sakit. Punya abang iparmu tidak sebegini.” Aku mulai bangga,
dia mengocok perlahan, mataku terpejam menahan kenikmatan. Dia
berhenti, ku buka mataku, ah ternyata dia mendekatkan wajahnya ke batang
kemaluanku. Aku berteriak ingin melarang, tapi terlambat. Terlebih
dahulu dia menjilati batang kemaluanku. Ah, aku tidak bisa berkata
apa-apa selain mengerang kenikmatan, apalagi dia mulai menjilati buah
zakarku naik sampai ke helmnya.
“Oh… nikmat sekali,” ujarku tanpa
sengaja tapi itu belum seberapa, sewaktu dia mulai memasukkan batang
kemaluanku ke mulutnya. Susah payah dia melakukannya, akhirnya berhasil.
Dia memainkan batang kemaluanku di dalam mulutnya. Dia menghisapnya
kuat-kuat. Ah, tanpa terasa aku hampir orgasme. Lalu dia berhenti.
“Keluarkan saja di mulutku!” katanya sambil mengocok batang kemaluanku.
Kemudian dia kembali mengisapnya.
Aku mulai
merasakan seluruh tubuhku tengang sekali. Rasanya darahku mengalir ke
suatu titik. Yah.. hingga akhirnya aku melepaskannya di mulut kakakku.
“Ah… ehhhh.. ohhh…” erangku sambil berusaha menyemburkan semua cairan
kenikmatanku. Dia sangat menikmatinya. “Banyak sekali air Manimu Ndree…”
ucapnya sambil mulai menjilati maniku yang tersembur di pipinya dan
kini mulai menjilati sisanya yang ada di ujung kemaluanku.
Oh, rasanya
nikmat sekali. Kami istirahat sejenak, lalu dia berbisik, “Kamu masih
kuat kan? Ayo lanjutkan lagi permainanmu… hancurkan aku dengan
kenikmatan!” Tanpa komentar lagi aku menaiki tubuhnya. “Tahan sakitnya
yah…” bisikku lagi tanpa menunggu jawabannya. Aku segera bangkit dan
duduk setengah berlutut di atas tubuhnya yang telanjang berkeringat.
Buah dadanya yang penuh lukisan hasil karyaku kelihatan turun naik
mengatur nafas.
Sebodo, pikirku. Dengan agak kasar kutarik kakinya ke
atas dan kutumpangkan kedua pahanya pada pangkal pahaku sendiri sehingga
kini selangkangannya menjadi terbuka lebar mempertontonkan alat
kewanitaannya yang merangsang itu. Kutarik bokongnya ke arahku sehingga
batang kemaluanku yang sudah sengsara cukup lama hampir satu jam itu
langsung menempel di atas bukit kemaluan milik Kak Mira yang masih
basah. Kuusap-usapkan kepala batang kemaluanku pada kedua belah bibir
kemaluannya yang lunak. Kembali kubenamkan mesra ke dalam liang
kemaluannya mili demi mili secara perlahan.
“Aahhggh… sa… yangku…
aaahghgh… nikmat sekali…” erangku pula. Kenikmatan yang kurasakan
membuat jiwaku semakin tinggi terbang ke awang-awang, mataku merem-melek
menahan rasa nikmat yang tiada tara.
Aku mulai
memompanya dengan gerakan naik turun. Badannya ikut bergoyang pelan
naik-turun, bahkan terkadang sedikit memutar seirama dengan tarikan
batang kemaluan dan goyangan pinggulku yang bergerak turun naik.
Beberapa kali ia melepaskan ciumannya dan mendesah lembut melepas rasa
nikmat, karena ia sudah terbiasa dengan gerakan senggama ini.
Terasa
begitu lama sekali kami saling mengadu alat kemaluan masing-masing,
sampai akhirnya kira-kira 10 menit kemudian, tiba-tiba tubuh Kak Mira
mengejan dan bergetar lembut, mulutnya mendesis dalam cumbuan bibirku,
kedua kakinya tiba-tiba dihentakkan ke bawah dan meregang. Aku merasakan
tiba-tiba pula liang kemaluan miliknya berkontraksi, mengerut mengecil
membuat batang kemaluanku seakan diremas kuat seperti dipilin-pilin.
Tubuhku berkelojotan ikut merasakan kenikmatan yang begitu sangat luaar
biasa. Kubenamkan batang kemaluanku secara perlahan ke dalam liang
kemaluan yang sedang berkontraksi itu sampai kandas, kuresapi setiap
gesekan mili demi mili dengan daging kemaluannya. Bersamaan dengan itu
pula sebuah cairan hangat dan licin mulai membasahi seluruh batang
kemaluanku banyak sekali. Kak Mira memekik dan melenguh panjang.
“Aaaghh… aaaghg… ooouuhhh….” erangnya nikmat.
Kubiarkan kakakku
menikmati orgasmenya yang indah, matanya terpejam rapat. Ia tak tahu
kalau aku pun sebenarnya sedang meregang menahan rasa nikmat yang sedang
ditimbulkannya pada alat kelelakianku. Air maniku sontak mengalir deras
menuju batang kemaluanku dan mendesak-desak di ujung batang kemaluanku
hendak muncrat keluar. Kucoba menahan sekuat tenaga agar jangan sampai
muncrat, namun hanya 3 detik akhirnya aku menyerah kalah.
Di
saat Kak Mira sedang terbang menikmati orgasmenya yang panjang aku pun
akhirnya ikut melepaskan rasa nikmat tertahan dan mencapai puncak,
“Craatt… cratt… craat” air maniku menyembur-nyembur tumpah keluar di
dalam liang kemaluannya. “Oougghh…” aku pun memekik keras, lepas sudah
pendakian yang melelahkan itu. “Aaaghh… maniiikuu.. ke.. keluar Sayang…
hggh…” aku menggeram keras sambil menyemburkan air mani ke dalam liang
rahimnya. Tubuh kami berdua sama-sama bergetar dan meregang-regang
merasakan puncak kenikmatan seks. Kedua alat kelamin kami sama-sama pula
memuntahkan cairan kenikmatan hasil buah cinta kami sesaat. “Ooouuh…
oouugghhh…” Kak Mira melenguh melepas orgasmenya. Dia memandangku
tersenyum sambil berkata, “Kamu bahagia?” Aku mengangguk dan berkata,
“Aku mencintai kau, Kakakku!” Malam itu kami melakukannya sampai pagi.
Demikianlah Cerita Sex Terbaru : Ngeseks Dengan Kak Miira Kakakku Yang Sungguh Kucintai
Ngeseks Dengan Kak Miira Kakakku Yang Sungguh Kucintai, by cerita-ml-terbaru.blogspot.com dan Jangan lupa untuk Membaca
Cerita Jorok Terbaru
Cerita Mesum Terbaru
Cerita ML Terbaru
Cerita Sex Terbaru
cewe cantik Terbaru
cewe ngewe Terbaru
Maniak Sex Terbaru
sebelumnya yang tidak kalah seru.